Latest News

Featured
Featured

Gallery

Technology

Blogger news

Games

Recent Posts

Wednesday, 6 March 2013

Kasih Bapa

Seorang ayah membeku hingga meninggal karena melindungi putrinya yang berusia sembilan tahun dari badai salju parah yang melanda Jepang utara. Mikio Okada meninggal saat dia berusaha melindungi anak tunggalnya Natsune dari tiupan angin berkekuatan 109 kilometer per jam, di suhu -6 derajat Celsius. Okada merupakan salah satu dari sedikitnya sembilan orang yang tewas dalam serangkaian insiden terkait salju saat badai menyapu pulau Hokkaido, kata polisi pada Senin.

Jasad Okada ditemukan oleh tim penyelamat yang mencari keduanya setelah sejumlah kerabat mengabarkan pihak berwajib. Natsune mengenakan jaket ayahnya dan berada dalam pelukannya, kata sejumlah surat kabar dan lembaga penyiaran.

Keduanya terakhir terdengar kabarnya pada pukul 16.00 (waktu setempat) pada Sabtu, setelah Okada, yang berprofesi sebagai nelayan, menjemput anaknya dari sebuah sekolah tempat putrinya menunggu dia selesai bekerja.

Okada menelpon keluarganya untuk mengatakan kalau truknya terdampar di tengah salju, yang menumpuk beberapa meter di berbagai lokasi. Okada mengatakan dia dan Natsune akan berjalan beberapa kilometer, seperti yang dilaporkan Yomiuri Shimbun.

Keduanya ditemukan 300 meter dari truk mereka pada pukul 07.00 pada Minggu.

Okada melindungi putrinya, memeluknya dan tampaknya menggunakan tubuhnya dan tembok sebuah gudang untuk memberikan perlindungan, ujar Yomiuri.

Dia menanggalkan jaketnya dan memberikannya kepada putrinya, ujar sebuah laporan televisi.

Tim penyelamat mengatakan putrinya menangis saat ditemukan di pelukan ayahnya, ujar koran tersebut.
Gadis kecil itu dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan tidak mengalami cedera serius. Sementara itu, sang ayah dinyatakan secara resmi meninggal oleh dokter di RS yang sama, di dekat rumah mereka di Yubetsu di Hokkaido.

Menurut laporan Yomiuri, ibunda Natsume meninggal dua tahun lalu karena penyakit yang tidak diketahui. Koran itu mengutip tetangga Okada yang memujinya sebagai ayah penyayang yang sering menunda pergi kerja untuk menikmati sarapan bersama putrinya.

Kematiannya terjadi saat seluruh Jepang merayakan Hari Anak Perempuan, atau Hinamatsuri, festival saat keluarga berkumpul dan menghiasi rumah dengan boneka.

"Dia sudah memesan kue untuk putri tunggalnya dan tidak sabar untuk merayakan Festival Boneka bersama," ujar seorang tetangga kepada Yomiuri.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Saturday, 2 February 2013

A Cup on the Wall


Secangkir Kopi di Dinding

Saya duduk bersama seorang teman di kedai kopi yang terkenal di dekat kota Venisia, kota air dan bertabur cahaya. Ketika kami menikmati kopi kami, seorang pria masuk dan duduk di kursi kosong samping kami.

Pria itu memanggil pelayan dan menyampaikan pesanannya dengan berkata, "Pesan 2 cangkir kopi ya, satu taruh di dinding."  Kami mendengarkan pesanan itu dengan penasaran dan memperhatikan bahwa pria itu dilayani dengan secangkir kopi namun membayar dua cangkir. Segera setelah ia berlalu, sang pelayan menempelkan selembar kertas di dinding yang bertuliskan: Satu Cangkir Kopi.

Sementara kami masih duduk di sana, dua pria lain muncul dan memesan tiga cangkir kopi, dua cangkir disajikan di meja dan satu di dinding. Mereka minum dua cangkir kopi namun membayar tiga dan kemudian mereka pergi. Pada kali ini sang pelayan melakukan hal yang sama, ia menempelkan selebar kertas di dinding yang bertuliskan: Satu Cangkir Kopi.

Nampaknya praktik ini sudah biasa di tempat ini. Namun tetap saja hal itu unik dan mengherankan kami. Karena kami tidak ada urusan dengan hal itu, maka kami habiskan kopi kami, membayar tagihannya dan pergi.

Beberapa hari kemudian, kembali kami memiliki kesempatan mengunjungi kedai kopi itu. Sementara kami menghirup kopi kami, seorang pria masuk. Cara berpakaian pria ini tidak cocok bagi kemewahan dan suasana kedai kopi ini. Kemiskinan nampak dari penampilan dan wajahnya. Setelah ia duduk, ia menunjuk ke dinding sambil berkata, "Secangkir kopi dari dinding." Sang pelayan menyajikan secangkir kopi kepada pria kumuh ini dengan standar pelayanan kepada pelanggan yang terhormat dan bermartabat.

Pria itu menikmati kopinya hingga habis dan pergi tanpa perlu membayar. Kami kagum melihat kejadian ini ketka sang pelayan melepaskan selebar kertas dari dinding dan membuangnya ke tempat sampah. Kini kami mengerti apa yang telah terjadi. Penghormatan yang tinggi bagi orang-orang yang berkekurangan telah ditunjukkan oleh penduduk kota ini dan membuat mata kami berlinang airmata.

Kopi bukanlah kebutuhan mendasar bagi masyarakat dan kehidupan kita. Poin untuk diperhatikan yaitu ketika kita menikmati kesenangan dari berkat apapun, mungkin kita juga perlu memikirkan mereka yang ingin menikmati berkat itu sama seperti kita namun mereka tidak sanggup memilikinya.

Perhatikan karakter sang pelayan, yang melakukan tugasnya dengan konsisten dan murah hati sehingga ia menjadi jembatan antara pihak yang membagi berkat dan pihak yang berkekurangan dengan pelayanan penuh senyum kepada siapapun.

Renungkan juga pria yang berkekurangan itu. Ia memasuki kedai kopi mewah itu tanpa merasa rendah diri dan mengemis minta secangkir kopi, tanpa perlu tahu siapa yang telah membayar kopinya. Ia hanya perlu menunjuk ke dinding menyampaikan order secangkir kopi, menikmatinya dan pergi.

Kita dapat belajar tentang kemurah-hatian dan kepedulian penduduk kota ini terhadap sesama manusia. Demikianlah caranya menunjukkan belas kasih dan mempertahankan martabat bagi umat manusia.
Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian dari artikel via email.

******

Cup of Coffee on the Wall

I sat with my friend in a well-known coffee shop in a neighboring town of Venice, the city of lights and water. As we enjoyed our coffee, a man entered and sat on an empty table beside us.

He called the waiter and placed his order saying, Two cups of coffee, one of them there on the wall. We heard this order with rather interest and observed that he was served with one cup of coffee but he paid for two. As soon as he left, the waiter pasted a piece of paper on the wall saying A Cup of Coffee.

While we were still there, two other men entered and ordered three cups of coffee, two on the table and one on the wall. They had two cups of coffee but paid for three and left. This time also, the waiter did the same; he pasted a piece of paper on the wall saying, A Cup of Coffee.

It seemed that this gesture was a norm at this place. However, it was something unique and perplexing for us. Since we had nothing to do with the matter, we finished our coffee, paid the bill and left.

After a few days, we again had a chance to go to this coffee shop. While we were enjoying our coffee, a man entered. The way this man was dressed did not match the standard nor the atmosphere of this coffee shop.

Poverty was evident from the looks on his face. As he seated himself, he looked at the wall and said, one cup of coffee from the wall. The waiter served coffee to this man with the customary respect and dignity.

The man had his coffee and left without paying. We were amazed to watch all this when the waiter took off a piece of paper from the wall and threw it in the dust bin. Now it was no surprise for us the matter was very clear. The great respect for the needy shown by the inhabitants of this town welled up our eyes with tears.

Coffee is not a need of our society neither a necessity of life for us. The point to note is that when we take pleasure in any blessing, maybe we also need to think about those people who appreciate that specific blessing as much as we do but they cannot afford to have it.

Note the character of this waiter, who is playing a consistent and generous role to get the communication going between the affording and the needy with a smile on his face.

Ponder upon this man in need. He enters the coffee shop without having to lower his self-esteem he has no need to ask for a free cup of coffee without asking or knowing about the one who is giving this cup of coffee to him he only looked at the wall, placed an order for himself, enjoyed his coffee and left.

When we analyze this story, along with the other characters, we need to remember the role played by the wall that reflects the generosity and care of the dwellers of this town. What a way to show compassion and maintain human dignity for all.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Thursday, 27 December 2012

Kisah Anak yang Hilang Di Hari Natal

Kisah ini tentang kesaksian pada suatu hari Natal. Pemuda ini menjalani kehidupan bebas sebebas-bebasnya pada waktu muda, lalu datanglah kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan, bertobat dan sebagai ucapan syukur pemuda ini melayani pekerjaan Tuhan. Kehidupan terus berlalu hingga dia membangun keluarga. Berhubung dia berasal dari keluarga pengusaha yang cukup kaya di Jakarta, maka istrinya didorong ayah ibunya untuk segera hamil. Kelahiran sang cucu sangat dinanti-nanti. Keluarga besarnya sangat mengelu-elukan lahirnya seorang putera, yang dipandang penting sebagai bagian dari generasi penerus.

Ketika akhirnya istrinya hamil, sangat senanglah keluarga besar ini. Kebutuhan sang istri dan bayinya sangat diperhatikan dengan seksama. Pemeriksaan dokter dilakukan secara teratur. Pada waktu kehamilan bulan kedelapan, sang istri segera dilarikan ke Rumah Sakit karena ada kemungkinan kelahiran bayi prematur. Kejadian ini ternyata serius karena istri dan anak yang dikandungnya menghadapi pergumulan hidup dan mati. Team dokter ahli sudah mengerahkan segenap kemampuan mereka, namun ternyata apa mau dikata, istri dan anaknya tak tertolong. Inilah pukulan berat bagi si pemuda. Ia bertanya kepada Tuhan, "Mengapa? Mengapa istri dan bayinya harus dipanggil pulang secepat ini? Mengapa Tuhan tidak menolong? Mengapa Tuhan tidak mendengar doanya? Mengapa Tuhan membiarkan mereka meninggalkannya? Mengapa dia tidak diberi kesempatan untuk hidup bahagia bersama istri dan anaknya? Mengapa?"

Itulah pukulan hebat dan luar biasa bagi pemuda ini. Dia marah sekali kepada Tuhan. Dia juga marah kepada keluarga besarnya yang "memaksa" mereka untuk punya anak segera. Pukulan hebat ini membuat dia tidak percaya lagi bahwa Tuhan itu baik, bahwa keluarganya juga baik. Seperti sang anak bungsu yang hilang dalam kisah Alkitab, dia melarikan diri dari rumah keluarga besarnya, dia melarikan diri dari Tuhan, dia pergi jauh membawa uang untuk dipakai berfoya-foya. Dia pakai uangnya untuk hidup seenaknya, hidup sebebas-bebasnya, hingga uangnya habis. Selama berfoya-foya dia tidak dapat dihubungi siapapun, sehingga ketika ayahnya meninggal, dia tidak tahu dan tidak menghadiri pemakaman ayahnya.

Setelah menjadi miskin, dia tidak berani pulang ke rumah orang tuanya. Dia pergi ke tanah kelahirannya di Medan. Dia hidup menggelandang, dia hidup sebagai orang jalanan, dia hidup diantara para preman. Dia hidup seenaknya dan sesukanya.

Pada hari-hari menjelang Natal dia ingat bahwa sebentar lagi akan ada perayaan Natal. Ingat Natal, dia ingat Tuhan. Tapi hanya kepahitan yang memenuhi hatinya saat itu. Malam itu di bawah kolong langit yang cerah dia masih marah kepada Tuhan. Dia memaki-maki Tuhan. Dia lampiaskan sakit hatinya kepada Tuhan. Dia tunjuk jarinya ke langit sambil mengata-ngatai Tuhan.

Puas dengan cara itu, dia akhirnya tertunduk kelelahan. Sementara hatinya masih diliputi kemarahan, terdengar sayup-sayup  senandung yang berkata, "How could I forget His love, how could I forget His mercy..... He satisfies, he satisfies, he satisfies my desire...."

Hatinya tersentuh. Dia ingat kasih Tuhan. Dia ingat pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Dia ingat kemurahan-Nya. Dia ingat pengampunan-Nya. Dia ingat. Rupanya dia tidak dapat lari dari Roh Tuhan yang mengejarnya terus kemanapun dia pergi.

Pelan-pelan dia bangkit. Ia cari suara nyanyian itu. Ternyata suara itu berasal dari sebuah gereja kecil di sebuah gang. Ada beberapa anak muda sedang mempersiapkan acara Natal di situ. Dengan malu-malu dia mendekati mereka.

"Maaf, kami tidak memberikan sumbangan saat ini," kata salah satu dari anak muda di gereja itu.
"Oh, saya tidak minta apa-apa. Saya tidak layak masuk ke dalam gereja. Biarkan saya duduk di depan pintu ini saja." Dia terus mendengarkan mereka latihan lagu-lagu Natal. Sementara itu Roh Kudus memulihkan hatinya, menyembuhkan luka batinnya, memberi damai sejahtera yang tidak pernah dia rasakan bertahun-tahun selama pelariannya.

Pada perayaan Natal saat itu dia akhirnya berani masuk ke gereja kecil itu, namun di deretan paling belakang. Dia menikmati kehadiran Tuhan di gereja kecil dan sederhana itu. Dan sejak itu hidupnya dipulihkan kembali. Dengan pertolongan Tuhan, dia mulai bekerja dengan halal. Dia mengajak teman-teman gelandangannya untuk bekerja mengolah kain-kain sisa dari industri garmen di sekitar situ, untuk dijadikan kain perca dan dijadikan barang-barang yang bernilai tambah tinggi. Dari situ dia mulai membangun kehidupan baru. Akhirnya dia kembali ke Jakarta, kembali kepada keluarganya, kembali meneruskan bisnis keluarganya. Kisah ini diceritakan kembali oleh teman sang pemuda, Pdt. Yusuf dari GBI Emporium Jakarta.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Friday, 21 December 2012

Bersyukur


Seorang kakek mengalami gangguan saluran kencing yang membuat ia tidak bisa (maaf) buang air kecil. Ketika penyakitnya makin parah dan kesehatannya makin memburuk, ia terpaksa menjalani operasi.

Operasi sukses dan si kakek kini sudah bisa buang air kecil lagi. Menjelang pulang dari rumah sakit, dokter pun memberikan tagihan biaya operasinya.

Saat itu tiba-tiba sang kakek mulai menangis. Dokterpun bingung dan bertanya: "Kenapa menangis, kek? Jika biayanya terlalu mahal, kita bisa coba minta keringanan lagi."

Tapi kakek itu menjawab: "Tidak, saya tidak menangis untuk itu, saya hanya teringat betapa selama 70 tahun sebelum ini, Tuhan membolehkan saya buang air kecil tanpa mengirimkan saya tagihan apapun."

Kita baru merasakan betapa berharganya Berkat Tuhan saat kita sudah kehilangan hal tersebut.
Sebaliknya, kita memilih untuk lebih sering memikirkan apa yang tidak kita miliki, tanpa menghargai apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Kita lebih suka menghitung masalah daripada menghitung berkat Tuhan yang sudah kita terima. (Surjadinata Sumantri)


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Friday, 14 December 2012

USAHAKAN YANG TERBAIK


Di sebuah danau terdapat banyak batu-batuan. Di pinggirnya terdapat sebuah papan bertuliskan pengumuman:

"Yang mengambil batu akan menyesal.
Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal."

Heran dengan kalimat itu beberapa turis tertarik untuk mengambil beberapa butir batu itu utk melihat apa yg akan terjadi selanjutnya.  

Beberapa orang yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya. Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk menikmati segarnya air di danau itu.

Setelah kembali ke negara masing-masing, mereka meminta tolong ahli batu-batuan untuk memeriksa batu yang mereka bawa.

Ternyata batu-batuan itu adalah sejenis Safir yang dari luar tampaknya jelek tapi di dalamnya mengandung permata yang sangat indah dan mahal harganya.

Turis yang tidak membawa batu itu jadi menyesal nya, tetapi yang membawanya pun akhirnya menyesal karena  mereka tidak membawa lebih banyak. 

Kita diberikan kehidupan yang sangat berharga. Namun bukankah kita seringkali kurang menghargai masa hidup ini justru di saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai. Jauh lebih bernilai daripada batu-batu permata.
Itulah sebabnya agar kita tdk menyesal di kemudian hari,  maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal,  menggunakan setiap kesempatan untuk mendapatkan nilai berharga. Bekerja dengan maksimal,  mengasihi keluarga dengan maksimal,  berkarya bagi sesama dengan maksimal, belajar dengan maksimal,  jangan setengah-setengah. 

Intinya: 

KETIKA KITA SUDAH MENGUSAHAKAN YANG TERBAIK SELAMA HIDUP INI, MAKA KITA TIDAK PERLU LAGI MENYESAL DI KEMUDIAN HARI. 



Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Tuesday, 11 December 2012

Pencuri Di Pesawat Terbang


Sebentar lagi musim liburan. Hati-hatilah karena pencurian dapat terjadi di pesawat terbang sekarang ini. Para penumpang biasanya meletakkan bagasi mereka di laci atas dan menganggap semuanya akan OK.

Situasi yang mendebarkan akan terjadi ketika tas anda dipindahkan ke laci atas di baris lain tanpa sepengetahuan anda, khususnya sewaktu anda baru masuk pesawat sebelum duduk atau ketika anda duduk di kursi tengah atau kursi dekat jendela. Waspadalah karena para pencuri selalu mencari akal bulus yang baru. Bepergianlah dengan aman dan waspada.

Tadi malam dalam penerbangan Air Asia dari Makau ke Bangkok, saya hampir dirampok oleh seorang pria yang menggerayangi tas ransel saya ketika saya tak melihat. Dua orang pria kulit putih, juga para pramugari, melihat pria ini melongok ke dalam tas ransel saya, dan mereka semua pikir itu adalah tas ransel miliknya, tetapi kemudian saya bangkit berdiri untuk membayar coklat, dan ketika saya merogoh tas ransel saya untuk mengambil uang dan ternyata uang itu sudah hilang. Saya berdiri pada waktu yang tepat karena kemudian pencuri itu melemparkan uang ke lantai pesawat dan berjalan pergi.

Kedua pria kulit putih di belakang saya dan juga para pramugari menangkap pemuda itu dan pilot mengirimkan pesan radio ke Bangkok, dan  Polisi Kerajaan Thai kemudian memasuki pesawat ketika pesawat baru mendarat di Bangkok. Saya mungkin harus pergi ke pengadilan untuk bersaksi terhadap pencuri itu. Saya harap pencuri itu dapat menikmati makanan dan akomodasi enak di Penjara Klong Prem untuk beberapa lama.

Para pencuri di pesawat mungkin saja merupakan bagian dari suatu sindikat pencuri dengan jaringan lebih luas, karena petugas kepolisian mengatakan kepada saya bahwa satu jam sebelumnya seorang pria lain juga ditangkap karena melakukan hal yang sama dalam penerbangan pesawat TG. Saya sangat menganjurkan agar anda mengamankan semua barang berharga anda selama penerbangan dari atau ke Cina, Makau, Taiwan dan Hongkong, dan anjurkan teman-teman anda melakukan hal yang sama. Berhati-hatilah dan awasilah barang-barang milik anda selama penerbangan dan simpanlah uang anda, Handphone, kartu kredit anda di tempat yang aman dan terlihat selalu. Jika anda melihat suatu keganjilan, misalnya ada pria yang berjalan sepuluh langkah ke depan untuk mengambil tas di laci atas sesudah seseorang pergi ke toilet, datangi dia dan awasi dia. Saling tolonglah di antara sesama penumpang.

Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian, http://www.kesaksianabadi.blogspot.com

 ******


Thieves Working on Flights...
It can happen on any flight. Passengers just leave their bags inside the overhead compartment and assume everything will be ok.

The challenging situation is when your bag is moved to another compartment without you knowing, especially during boarding before sitting down or when you are seated in the middle or window seat.
Be careful as thieves keep using "new" ideas".   Travel safe.

Last night on an Air Asia flight from Macau to Bangkok, I was nearly robbed by a guy who rifled through my backpack when I wasn't looking. Two European guys, as well as the flight attendants, saw the guy looking through a backpack, and they initially thought that it was his, but then I got up to pay for some chocolate milk, and I reached into my backpack to get my money and it was gone. I got up just in time, because the thief then threw the money on the ground and walked away.     

The European guys behind me, as well as the flight attendants, caught the guy and the pilot radioed ahead to Bangkok and the Royal Thai Police met the flight when it arrived in BKK. I'll probably have to go to court to testify against him. I hope that he gets to enjoy the fine cuisine, couture and accommodations at Klong Prem Prison for a while.      

These guys are probably part of a larger network of thieves, since the police told me that just an hour earlier, they caught another  guy doing the same thing on a TG flight. I HIGHLY ADVISE that you secure your most valuable items while on any flights to/from China, Macau, Taiwan and HK, and advise your friends to do the same. Be VERY AWARE of your valuable belongings while on the flight and keep your money, cell phones and credit cards where you can see them. If you see something that looks odd, like a guy going up 10 rows to get a bag in an overhead bin after someone went to the bathroom, go ahead and challenge him. Help your fellow travellers.   



Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

12 - 12 - 12

Hari ini tanggal yang unik, 12 Desember 2012, dan jika disingkat menjadi 12-12-12. Teman saya merayakan ulang tahun pada hari yang istimewa ini. Teman lain meresmikan pembukaan kantor pada tanggal unik ini agar mudah diingat. Ada lagi kabar burung yang beredar hari-hari ini bahwa akan ada masa kegelapan selama tiga hari akibat aktivitas benda-benda alam semesta. Nampaknya hal itu hanya berdasarkan perhitungan mistis dari peradaban kuno tentang Nibiru yang berasal dari ramalan bangsa Maya kuno. Apapun bunyinya, jangan mudah terpengaruh hal-hal menakutkan, teror, intimidasi dari pihak lain.

Ciri-ciri anak Tuhan adalah dia memiliki damai sejahtera dari tempat maha tinggi, damai sejahtera yang melampaui segala akal, damai sejahtera yang tidak dapat diberikan dunia ini. Itulah "signature" atau cap atau stempel atau tanda tangan yang membedakan kita dari anak-anak dunia. Jika kita berlindung di bawah kepak sayap Bapa Sorgawi, amanlah kita apapun yang terjadi di sekeliling kita. Walau seribu orang rebah di sisi kiri, dan sepuluh ribu di sebelah kanan kita, hal itu tidak akan menimpa kita, karena Pelindung kita dahsyat dan karena yang menyertai kita jauh lebih banyak dari pada yang menyertai mereka. Jika ada bahaya mengancam, maka peringatan itu datangnya dari hamba-hamba Tuhan, bukan dari ramalan NASA atau dari pihak lain. Amin.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Monday, 10 December 2012

John 3:16



Yohanes 3:16
Seorang anak laki-laki sedang menjual koran di sudut jalan, orang-orang hilir mudik dalam cuaca yang dingin.

Anak kecil itu begitu kedinginan sehingga ia tidak mencoba menjual koran lebih banyak.

Ia berjalan mendekati seorang polisi lalu lintas dan berkata, �Pak, apakah bapak tahu dimana seorang anak laki-laki miskin dapat menemukan tempat tidur yang hangat malam ini? Bapak �kan tahu saya biasa tidur di dalam kotak kardus di dekat ujung jalan sana tapi malam ini akan sangat dingin di sana. Enak juga kalau tinggal di tempat yang hangat.�

Petugas polisi itu melihat kepada sang bocah dan berkata, �Pergilah kamu ke ujung jalan sana ke arah rumah besar yang berwarna putih dan ketuklah pintunya. Pada waktu ada yang membukakan pintu, kamu katakan saja : �Yohanes 3:16�, maka dia akan mengizinkan kamu masuk ke dalam.�

Begitulah ia kerjakan. Ia berjalan ke arah rumah itu dan mengetuk pintunya, dan seorang nyonya membukakan pintu. Anak laki-laki itu melihatnya dan berkata, �Yohanes 3:16.� Nyonya itu berkata, �Masuklah, Nak!�

Wanita itu membawanya masuk dan ia mendudukkan anak itu di sebuah kursi malas di depan tungku perapian yang besar dan kuno, dan dia pergi. Anak laki-laki itu duduk diam beberapa saat dan berpikir dalam dirinya: Yohanes 3:16... Aku tak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat anak laki-laki yang kedinginan menjadi hangat.

Kemudian wanita itu datang kembali dan bertanya kepadanya, �Apakah kamu sudah lapar?� Anak itu menjawab, �Yah, lumayan lapar sih. Aku belum makan selama beberapa hari ini, dan saya kira saya bisa makan sedikit.�

Nyonya itu membawanya ke dapur da mendudukkan dia di depan meja makan yang penuh makanan enak. Ia makan dan makan hingga tidak dapat makan apa-apa lagi. Kemudian ia berpikir dalam hatinya: Yohanes 3:16... Wah, memang aku tidak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat anak laki-laki lapar menjadi kenyang banget.

Wanita itu membawanya ke loteng untuk memandikannya di bathtube yang besar dan diisi dengan air hangat, dan anak laki-laki itu duduk di sana dan berendam sebentar. Ketika berendam, ia berpikir dalam dirinya: Yohanes 3:16.... Memang aku tidak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat anak laki-laki yang tadinya kotor menjadi bersih. 

Tahu tidak, aku belum pernah mandi, mandi benar-benar, seumur hidupku. Mandi yang pernah aku lakukan adalah ketika aku berdiri di depan selang hidran pemadam kebakaran ketika menyemprotkan air. Wanita itu datang kembali dan membawanya keluar kamar mandi. Ia membawa anak laki-laki itu ke dalam kamar tidur, meletakkannya di ranjang besar dengan kasur yang diisi bulu-bulu, memasangkan selimut hingga lehernya, mencium pipinya sambil mengucapkan selamat malam dan mematikan lampu kamar. Ketika anak laki-laki itu berbaring dalam kegelapan dan memandang keluar jendela dan terlihat salju yang turun pada malam yang dingin itu, ia berpikir dalam dirinya: Yohanes 3:16... Memang aku tak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat anak laki-laki yang kelelahan dapat beristirahat.

Pada keesokan harinya wanita itu datang kembali dan meletakkan anak itu di meja makan yang penuh dengan makanan. Setelah ia makan, ia membawa kembali anak itu ke kursi malas di depan tungku perapian dan membawa Alkitab tua yang besar.

Wanita itu duduk di depan anak itu dan menatap wajahnya. �Apakah kamu mengerti apakah itu Yohanes 3:16?� tanyanya dengan lembut. Anak itu menjawab, �Tidak, Bu! Aku tidak mengerti sama sekali. Pertama kali aku mendengarnya adalah ketika Pak Polisi memberitahuku untuk menggunakannya.�

Wanita itu membuka Alkitab hingga ke Yohanes 3:16 dan mulai menerangkan kepada anak itu tentang Yesus. Anak itu diam dan berpikir: Yohanes 3:16... memang aku tidak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat anak laki-laki yang tersesat menjadi selamat.

Tahu tidak, aku harus mengaku bahwa aku juga tidak mengerti  mengapa Allah bersedia mengirim Anak-Nya untuk mati bagiku, dan bagaimana Yesus mau saja melakukan hal itu. Aku tidak mengerti betapa sedihnya Bapa Sorgawi dan para malaikat di sorga ketika mereka menyaksikan Yesus menderita dan mati di kayu salib. Aku tak mengerti betapa dalamnya kasih bagiku sehingga membuat Yesus bertahan di atas kayu salib hingga selesai. Aku tidak mengerti hal itu, tetapi yang pasti hal itu membuat hidup layak untuk dijalani.

Yohanes 3:16 berbunyi:  �Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian, http://kesaksianabadi.blogspot.com


*******

John 3:16

A little boy was selling newspapers on the corner, the people were in and out of the cold.

The little boy was so cold that he wasn't trying to sell many papers.

He walked up to a policeman and said, 'Mister, you wouldn't happen to know where a poor boy could find a warm place to sleep tonight. You see, I sleep in a box up around the corner there and down the alley and it's awful cold in there for tonight. Sure would be nice to have a warm place to stay.'

The policeman looked down at the little boy and said, 'You go down the street to that big white house and you knock on the door. When they come out the door you just say John 3:16, and they will let you in.'

So he did. He walked up the steps and knocked on the door, and a lady answered. He looked up and said, 'John 3:16.' The lady said, 'Come on in, Son.'

She took him in and she sat him down in a split bottom rocker in front of a great big old fireplace, and she went off. The boy sat there for a while and thought to himself: John 3:16... I don't understand it, but it sure makes a cold boy warm.

Later she came back and asked him 'Are you hungry?' He said, 'Well, just a little. I haven't eaten in a couple of days, and I guess I could stand a little bit of food,'

The lady took him in the kitchen and sat him down to a table full of wonderful food. He ate and ate until he couldn't eat any more. Then he thought to himself: John 3:16... Boy, I sure don't understand it but it sure makes a hungry boy full.

She took him upstairs to a bathroom to a huge bathtub filled with warm water, and he sat there and soaked for a while. As he soaked, he thought to himself: John 3:16...

I sure don't understand it, but it sure makes a dirty boy clean. You know, I've not had a bath, a real bath, in my whole life. The only bath I ever had was when I stood in front of that big old fire hydrant as they flushed it out. The lady came in and got him. She took him to a room, tucked him into a big old feather bed, pulled the covers up around his neck, kissed him goodnight and turned out the lights. As he lay in the darkness and looked out the window at the snow coming down on that cold night, he thought to himself: John 3:16...I don't understand it but it sure makes a tired boy rested.

The next morning the lady came back up and took him down again to that same big table full of food. After he ate, she took him back to that same big old split bottom rocker in front of the fireplace and picked up a big old Bible.

She sat down in front of him and looked into his young face. 'Do you understand John 3:16?' she asked gently. He replied, 'No, Ma'am, I don't. The first time I ever heard it was last night when the policeman told me to use it,'

She opened the Bible to John 3:16 and began to explain to him about Jesus. Right there, in front of that big old fireplace, he gave his heart and life to Jesus. He sat there and thought: John 3:16 -- don't understand it, but it sure makes a lost boy feel safe.

You know, I have to confess I don't understand it either, how God was willing to send His Son to die for me, and how Jesus would agree to do such a thing. I don't understand the agony of the Father and every angel in heaven as they watchedJesus suffer and die. I don't understand the intense love for ME that kept Jesus on the cross till the end. I don't understand it, but it sure does make life worth living.

John 3:16 For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Sunday, 9 December 2012

Tunduk Melayani Suami


Tuhan membentuk saya dengan bermacam-macam cara dan peristiwa. Salah satunya melalui suami. Dari dulu memang saya pemarah. Jika suami ada salah sedikit, saya mulai cakar dia dan mengamuk. Sekarang, ketika saya ingin marah, saya minta penguasaan diri dari Tuhan. �Tuhan, tolong saya.� Tidak ada cara lain. Dan Tuhan membuat tangan saya tidak bisa bergerak. Tuhan mengajar dengan mengizinkan banyak hal terjadi, agar saya banyak penguasaan diri dan tunduk kepada suami. Dengan melalui perjuangan demi perjuangan dan dengan pertolongan Tuhan, itu pasti bisa.

Tuhan memberikan satu pengertian mengapa istri harus tunduk kepada suami. Ketika seorang istri tunduk kepada suami dan suaminya berlaku semena-mena, maka Tuhan yang akan membela sang istri. Apakah lebih baik membela diri sendiri dan bertengkar atau diam dan Tuhan yang membela? Ketika saya diberi pengertian itu, di dalam segala hal, saya memilih untuk diam. Dan Tuhanlah yang membela saya.

Suatu kali Tuhan mendidik saya ketika kami berada di Spanyol untuk pelayanan pada bulan Desember. Udara di sana dingin sekali, antara 3 sampai minus 5 derajat Celsius. Ketika itu kami berjalan-jalan di pantai melihat kapal-kapal pesiar. Lalu kami mampir ke kafe. Ketika sampai di kafe suami saya berkata, �Sebentar mam, saya mau ke toilet.� Lalu suami ke toilet. Ketika agak lama suami saya tidak keluar-keluar, saya mulai berpikir, �Ada apa ya?�

Saya berkata kepada tuan rumah yang mengundang kami, �Sebentar pak, saya mau lihat dulu suami saya ke toilet.�

Ketika saya akan masuk ke toilet, saya ketuk pintu. �Pap, ada di dalam?� Kata suami saya, �Dorong saja pintunya, mam!� Saya dorong pintunya. Astaga, ternyata saya lihat seluruh lantai dipenuhi kotoran suami saya.

Saya bertanya, �Pap, kenapa bisa begini?�
Dia menjawab, �Gak tahu, begitu masuk sini, saya sudah berak kemana-mana.�  Beraknya bukan kotoran keras, tetapi  seperti bubur bayi. Padahal toilet di luar negeri, toiletnya bersih dan kering.

Saya lihat suami saya sedang duduk di atas closet.  Saya buka celana panjangnya, semuanya terkena kotoran. Bukan hanya celana dalam, tetapi juga celana panjang, ikat pinggang, semuanya terkena kotoran.

Saya keluar dari toilet dan berkata kepada pak Peter, �Pak Peter, bisa minta tolong ke rumah bapak, maaf ambilkan handuk, celana panjang dan celana dalam bapak? Maaf ya merepotkan. Pak Peter, tolong juga carikan gayung di sini atau kalau tidak ada pinjam gelas saja?� Dia membawakan saya gelas dan saya bawa ke toilet.

Tuhan izinkan ini terjadi. Saya pakai jas dan baju berlapis-lapis karena dingin. Saya membuka sarung tangan dan mulai mengepel lantai WC sambil memuji Tuhan, saya mengucap syukur. Seumur hidup saya, baru kali ini saya mengalaminya. Kalau hal ini terjadi, saya menerimanya dengan bersuka dan bersyukur.

Saya mulai mengepel satu arah dahulu supaya suami saya bisa jalan lewat. Saya meminta dia tetap duduk dan mengangkat sepatunya. Saya mencuci sepatunya. Setelah itu saya bukakan celana panjangnya dan celana dalamnya. Saya memandikan suami saya dan membersihkannya. Dan saya katakan kepada suami, �Ayo pakai sandal ini dan keluar toilet.� Saya pinjam satu kursi dari kafe itu, untuk suami saya duduk, tidak pakai celana panjang, tidak pakai celana dalam. Dingin sekali. Tas saya ambil untuk menutupi dia. �Tolong tunggu sampai pak Peter datang.�

Saya cuci celana panjangnya, saya cuci celana dalamnya dan mengepel lantai WC, bukan hanya closetnya saja, tetapi seluruh lantainya. Setelah itu saya menggunakan kertas tissue untuk mengeringkan WC karena harus bersih dan kering.

Ketika WC sudah bersih, Pak Peter datang. Suami saya mengeringkan badang dengan handuk, memakai celana dalam dan celana panjang. Suami saya bersih. Tetapi jas saya dan semua pakaian saya bau karena terkena kotoran juga.

Saya bersyukur saja kepada Tuhan karena Dia izinkan satu cobaan untuk saya sehingga saya belajar menghadapi dan mengurus suami yang buang air besar berceceran. Saya melakukannya dengan penuh ketulusan.

Ketika kami masuk mobil, mobil tuan rumah, mobil mewah, saya berkata kepada pemiliknya, �Maaf ya pak, jas saya ini masih bau.� Dia berkata, �Gak apa-apa, bu. Nanti mobil ini diberi pewangi saja. Nanti ibu ganti jas sesampai di rumah ya.�

Itulah kehidupan sebuah bejana yang terus dibentuk Tuhan. Saya bukan hanya bisa bicara atau mengkhotbahkan soal tunduk dan melayani suami, tetapi Tuhan izinkan saya melakukannya terlebih dahulu.

Suatu ketika di Banjarmasin, suami saya ada masalah dengan perutnya. Untuk jangka waktu enam bulan, setiap malam suami saya buang air besar di tempat tidur. Dari tempat tidur sampai ke closet, berceceran kotorannya. Hampir setiap malam atau seminggu dua kali, saya harus ganti seprei dan bed cover. Semua itu saya yang mencuci karena pada waktu itu kami belum ada suster. Sambil mencuci kotorannya, saya memuji Tuhan. Pernah, di suatu malam saya harus mencuci dan membereskan kotoran itu, padahal esok pagi-paginya saya harus membawakan Firman Tuhan. Sebagai tanah liat, saya siap dibentuk oleh penjunan-Nya, yaitu Tuhan Yesus.  

Catatan: Kisah di atas diambil dari Buku "Barometer Tuhan" yang ditulis oleh Ibu Lidya Dewi Yana, mantan pengusaha sukses di Banjarmasin yang kemudian melayani sepenuh waktu bagi Tuhan bersama suami dan anak-anaknya.


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Thursday, 6 December 2012

Rahasia Sukses Agnes Monica


Siapa tak kenal Agnes Monica, dara cantik asal Indonesia. Karirnya terus menanjak sejak ia masih menjadi penyanyi cilik. Kini ia sudah dewasa, beberapa penghargaan bergengsi Tanah Air, Asia sampai internasional pun sudah pernah disabetnya.

Tawaran tidak pernah sepi, wajahnya selalu menghiasi layar kaca, baik untuk iklan maupun tampil menyanyi beberapa televisi swasta. Kini ia merambah panggung internasional, dan itulah salah satu pencapaian mimpinya.

Bagi Agnes mimpi adalah satu kunci untuk meraih kesuksesan, dan dari mimpi itulah wanita multitalenta ini bisa seperti sekarang, sukses dan dikenal banyak orang. Dalam acara pembukaan ICPD Global Youth Forum di Nusa Dua, Bali, yang diselenggarakan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) (4/12) Agnes berbagi �resep� suksesnya.

Karir Agnes dimulai sejak usianya 6 tahun. Menurut pengakuan Agnes tanpa mimpi baginya mustahil ia bisa seperti sekarang ini. Dara kelahiran Jakarta 1 Juli 1986 ini mengungkapkan, dirinya bermimpi ingin mengembangkan karir sampai ke internasional saat banyak media mulai bertanya apa pencapaian dalam karirnya.

�Saya mau go internasonal� jawab Agnes.

Meskipun dalam benaknya ia sadar akan banyak orang menggunjingkannya, tapi inilah pilihan Agnes dan ia pun berhasil membuktikan. �Banyak yang bilang saya arogan karena saya menyatakan apa yang saya inginkan� paparnya di hadapan 600 wakil kaum muda dari sejumlah negara.

Tak sekedar bermimpi, Agnes pun menyusun strategi untuk menggapai mimpinya. Saat itu ia melirik seseorang yang bisa membantunya meraih mimpi. Timbaland, salah satu pencipta lagu asal Amerika Serikat, yang juga menjadi produser para penyanyi dunia. Beyonce, Jay-Z dan Justin Timberlake merupakan beberapa penyanyi terkenal dunia asuhan Timbaland.

Agnes mengaku fokus dalam pencapaiannya pada tahun 2010, dan bertapa ia bahagia, pasalnya pada tahun 2012 ia berhasil bekerjasama dengan Timbaland.

Agnes berhasil mewujudkan mimpi, karena menurutnya tanpa mimpi, keyakinan dan kerja keras semua akan sia-sia. Mengutip dari beberapa orang terkenal dunia saat meraih mimpi, Agnes siap untuk pencapaian karirnya. � Pada 1983, Martin Luther King mengatakan, �I have a dream�, dan pada tahun 2007 Barack Obama mengatakan, �Yes, I can!�. Jadi bermimpilah dan yakinlah,� tegas Agnes.

Sumber: http://kabarinews.com/resep-sukses-agnes-monica/50722

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Videos